Drama Korea tak hanya membuat penonton jatuh cinta dengan pemeran utama yang memukau dan OST ikonis. Drama ini juga menyajikan sesuatu yang bahkan lebih menghibur: para sahabat. Setia, nyaris kacau, tetapi selalu siap mendukung, merekalah alasan mengapa kisah persahabatan seperti keluarga begitu menyentuh. Entah mereka sedang menjalin keakraban lewat jajanan kaki lima, pesan antar rumah sakit, atau sesi curhat sambil minum soju, para sahabat drama Korea ini akan membuat Anda ingin ikut bergabung.
Berikut adalah tujuh kru K-drama yang tak terlupakan yang akan sangat menyenangkan untuk diajak menyantap ramyun, melahap pizza bersama, menikmati es krim, dan mengucapkan “bersulang!” untuk kehidupan, persahabatan, serta segala hal di antaranya.
The “Reply” series
Tak ada yang benar-benar menggambarkan “teman seperti keluarga” seperti serial “Reply“. Entah itu kejenakaan lima anggota Ssangmun-dong yang terkenal di “Reply 1988“, ikatan asrama yang kacau di “Reply 1994“, atau persahabatan SMA yang membentuk sebuah generasi di “Reply 1997“, setiap versi memberi kita kru yang terasa seperti rumah. Mereka bukan sekadar teman yang sering nongkrong, mereka adalah orang-orang yang tampaknya lebih disayangi orang tuamu daripada dirimu sendiri, mereka yang mencuri makanan dari dapurmu, dan muncul ketika hidup terasa sulit (biasanya dengan camilan di tangan).
Jika tim “Reply 1988” gemar bercengkrama dengan kaset VHS film-film blockbuster Hollywood sambil menyantap ramyun atau sepotong pizza, trio “Reply 1994” terjebak di antara kecintaan pada bisbol dan semangkuk makanan rumahan. Sementara itu, tim “Reply 1997” sama-sama menyukai sepak bola dan K-pop yang dibumbui sekotak ayam goreng renyah. Acara makan bersama ini ramai dan berantakan, sekaligus menyentuh hati, diiringi candaan kekanak-kanakan, perubahan suasana hati akibat masalah pertumbuhan, dan kesetiaan tanpa syarat. Versi dewasa dari para pemeran utama kita yang luar biasa ini mengenang masa lalu dengan penuh nostalgia dan menceritakan kisah mereka, memikat penonton yang juga merasa seperti anggota kehormatan yang tertawa dan bersorak saat makan malam, mengenang masa-masa sederhana di bawah cahaya lampu jalan.
“Hospital Playlist”
Dokter di siang hari, rekan band di malam hari, dan juga pecinta kuliner sejati, kuintet Yuljae adalah satu untuk semua dan semua untuk satu. Sekolah kedokteran mungkin telah mempertemukan mereka, tetapi para bintang rock kita yang berpakaian bedah lebih erat daripada keluarga mana pun.
Di tengah kekacauan UGD, patah hati, keadaan darurat medis, dan masalah pribadi, mereka terpaksa berkumpul di kabin Chae Song Hwa (Jeon Mi Do). Menunya beragam dan ditentukan oleh suasana hati, dan percakapannya pun tak kalah menarik. Jika mereka tidak berada di kabin, mereka akan berada di kafetaria rumah sakit tempat kelima anggota Yuljae yang terkenal membawa keceriaan dan aura positif ke mana-mana.
Makan mereka bukan hanya soal makanan melainkan ritual. Itu cara mereka untuk melepas penat, menyambung silaturahmi, dan saling mengingatkan bahwa seberat apa pun hidup, selalu ada suapan hangat yang menanti dan seseorang yang akan mendapatkannya. Jika Ik Joon (Jo Jung Suk) tidak mencuri simpanan Ahn Jung Won (Yoo Yeon Seok), ia dengan senang hati akan memanggang dua temannya yang lain, Jun Wan (Jung Kyung Ho) dan Seok Hyung (Kim Dae Myung), dengan penuh kasih sayang. Kini, mereka adalah kru yang dengan mudahnya mengaduk sumpit dan stik drum.
“Weightlifting Fairy Kim Bok Joo”
Ada persahabatan, lalu ada Bok Joo (Lee Sung Kyung) dan teman-teman kuliahnya. Tim ini membuktikan ikatan terkuat dibangun melalui latihan bersama, tawa bersama, dan kebersamaan sambil menikmati BBQ Korea, terutama samgyeopsal, ayam goreng Korea dari kedai ayah Bok Woo, dan ramyun. Para atlet kampus ini mungkin berlatih demi medali, tetapi emas sejatinya adalah cara mereka saling mendukung melalui cinta, patah hati, dan berbagai kenakalan.
Ketika Bok Joo memutuskan untuk berdiet demi membuat dokter pujaan hatinya terkesan, hal itu menjadi masalah. Muncullah perenang bintang kita, Jung Joon Hyung (Nam Joo Hyuk), yang tak hanya menunjukkan perasaannya, tetapi juga membelikan Bok Joo makanan kesukaannya, dalam hal ini ayam goreng, untuk menghiburnya. Makan bersama teman-teman Bok Joo pasti akan terasa nikmat, mungkin akan banyak saus, dan pastinya akan berakhir dengan karaoke.
“Law and The City”
Pengacara berdasarkan profesinya, dan sebenarnya seorang vlogger makanan yang rendah hati, para pakar hukum ini bermata tajam ketika menyangkut legalitas di pengadilan dan merupakan penikmat santapan lezat begitu keluar dari jubah hukum mereka.
Ahn Ju Hyeong (Lee Jong Suk) telah berkarier di dunia hukum begitu lama sehingga terkadang terasa seperti ia bisa bekerja secara otomatis. Tak heran jika ia menasihati seorang pengacara muda untuk membuang ilusi bahwa menjadi pengacara sama glamornya dengan yang terlihat di drama Korea. Meskipun ia kecewa dengan profesinya, satu hal yang ia nanti-nantikan adalah makan siang bersama pengacara lain. Rutinitas hariannya pasti akan semakin seru dengan kehadiran pengacara lain, Kang Hui Ji (Mun Ka Young) yang selalu optimis.
“Law and The City” menyajikan perpaduan kuliner Seoul, nongkrong di atap gedung, dan drama hukum yang memikat. Kru utamanya bukan hanya tentang keadilan, mereka juga menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil seperti anggur, ramyun, atau hidangan pendamping Korea yang lezat. Inilah kelompok yang ingin Anda ajak minum-minum sepulang kerja dan tertawa lepas tentang hidup sambil menikmati daging panggang.
“Work Later, Drink Now”
Trio “Work Later, Drink Now” yang terdiri dari Jeong Eun Ji, Han Sun Hwa, dan Lee Sun Bin adalah ratunya para pekerja lepas tanpa filter. Ketiga wanita lancang ini menjalani ritual minum setelah bekerja bukan hanya untuk melepas penat tetapi juga untuk benar-benar mengobrol. Dari atasan yang menyebalkan hingga klien yang cerewet, kencan yang terlambat, cinta, hingga patah hati, mereka tak pernah kehabisan topik atau obrolan.
Di antara kebijaksanaan yang dibumbui soju, kejujuran yang brutal, dan tawa yang membuat kita menangis tersedu-sedu, kru ini menunjukkan kepada kita seperti apa persahabatan sejati di usia 30-an: apa adanya, setia, sedikit berantakan, tetapi selalu siap dengan gelas kecil dan tempat bersandar untuk menangis. Mereka adalah terapis, wanita penyemangat, dan jaring pengaman bagi satu sama lain. Makan malam bersama mereka bukan sekadar makan, melainkan pelepasan emosi yang utuh, di mana ada air mata, minuman, dan kekacauan yang paling menyenangkan.