Sajaegi. Selama beberapa waktu terakhir, istilah satu ini terus terdengar di berbagai media dan pemberitaan dari Korea Selatan. Terutama setelah member BLOCK B, Park Kyung secara blak-blakan (dan berakhir dengan tuntutan pencemaran nama baik) mengungkap tentang tuduhan sajaegi.
Lalu, sebenarnya apa itu sajaegi?
Ada beberapa pengertian berbeda untuk sajaegi. Mulai dari membeli material musik sang artis sendiri sampai juga dengan melakukan manipulasi pada tangga musik.
Menilik ke belakang, manipulasi atau sajaegi sebenarnya bukan hal yang sama sekali baru. Walau di tahun-tahun sebelumnya manipulasi ini terjadi pada pembelian album fisik. Baru dua tahun belakangan, manipulasi tangga lagu secara digital pun mulai mencuri perhatian.
Proses terjadinya manipulasi baik secara digital atau pun pembelian album ini bisa dilakukan oleh berbagai pihak. Mulai dari sang artis sendiri, agensi, sampai juga perusahaan.
Manipulasi pembelian album biasanya dilakukan dengan perusahaan atau agensi membeli sendiri rilisan mereka. Biasanya dilakukan dengan berbagai cara bahkan juga nama berbeda. Sehingga angka penjualan yang terekam pun akan menjadi lebih tinggi.
Cara kerja di atas pun tak jauh berbeda dengan sajaegi digital. Manipulasi sebuah lagu untuk terlihat berada di deretan atas di chart pun bisa dilakukan oleh banyak pihak. Hanya saja untuk manipulasi digital ini, seperti diungkapkan oleh sederet artis di Korea Selatan, dilakukan melalui sebuah agensi broker atau perusahaan khusus.
Pada 26 November kemarin, program radio CBS, “Kim Hyun Jung’s News Show” melakukan wawancara dengan kritikal musik Kim Jak Ga mengenai manipulasi digital chart. Pembawa berita Kim Hyun Jung pun dua tahun lalu pernah melakukan wawancara dengan Kim Jak Ga mengenai topik yang sama. Dimana saat itu disebutkan manipulasi digital mulai tersebar luas pada 2017.
Mengenai bagaimana proses itu bekerja, ia menjelaskan, “Dari apa yang sudah diketahui, kantor-kantor didirikan di tempat-tempat seperti Cina dengan ratusan telepon seluler menggunakan banyak ID di situs musik. Kemudian streaming terjadi secara instan, dan terutama pada malam hari dan dini hari ketika ada lebih sedikit pengguna, puluhan ribu ID yang digunakan dapat dengan mudah menaikkan [lagu] ke peringkat tinggi di tangga lagu.”
Anchor Kim Hyun Jung bertanya, “Jika peringkat dinaikkan sekaligus larut malam atau dini hari ketika jumlah pengguna rendah, peringkat mereka dapat dipertahankan sepanjang hari oleh orang-orang yang melihat mereka di puncak tangga lagu dan mendengarkan. penasaran, bukan?” Kim Jak Ga menjawab, “Itu benar.”
Program investigasi “Unanswered Questions” dari SBS pun meliput mengenai praktek sajaegi ini.
Melakukan streaming lagu dengan banyak ID berbeda merupakan salah satu cara untuk melakukan sajaegi. Menariknya, proses ini rupanya ditawarkan oleh broker atau perusahaan khusus dengan iming-iming sebuah lagu bisa bertahan di peringkat atas tangga lagu dalam waktu tertentu.
Sederet artis dan juga KPOP idol pernah dituding melakukan sajaegi. Baik itu digital atau pun fisikal. Meskipun beberapa tudingan yang diberikan belum terbukti benar.
BTS pernah dituding melakukan manipulasi pada 2015 setelah penjualan album melampaui BIGBANG. Hal yang sama juga pernah dialami oleh B1A4, yang dituding memanipulasi penjualan album mereka pada 2014. Saat itu B1A4 mencatat penjualan album 67,186 kopi yang dinilai terlalu tinggi untuk level popularitas boy group tersebut serta penggemar yang hadir di fan meeting.
KPOP group lain yang pernah diterpa tudingan manipulasi digital chart ada LABOUM saat lagu rilisannya mengalahkan IU. Selain itu, bahkan BLOCK B juga pernah dituding lakukan manipulasi chart setelah rilisan mereka melesat ke peringkat 11 di tangga lagu.
Sederet soloist, seperti Vibe, Song Ha Ye, Lim Jae Hyun, Jeon Sang Keun, Jang Deok Cheol, dan Hwang In Kook disebutkan oleh Park Kyung sebagai mereka yang melakukan manipulasi chart.
Sajaegi memang tak bisa dipungkiri merupakan isu sensitif. Berdasarkan dari sederet penyelidikan dan pengakuan broker pun, ada artis yang memilih melakukan manipulasi chart. Salah satu tujuannya tentu saja membuat lagu mereka dikenal lebih luas karena berada di peringkat atas di tangga lagu. Selain juga memberikan lebih banyak kesempatan dengan terlihat lebih populer.
Di sisi lain, manipulasi ini jelas memberikan dampak buruk pada artis lain. Seperti disinggung di “Unanswered Questions”, adanya manipulasi membuat sederet rilisan dari artis lain “tenggelam”. Beberapa bahkan “dipaksa” dihalangi untuk naik oleh broker demi rilisan tertentu berada di puncak tangga lagu.
Beberapa agensi papan atas di Korea Selatan, seperti JYP Entertainment pada 2017 kemarin mengungkap akan melakukan penyelidikan pula pada sajaegi.